LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN
PERSOALAN MENDASAR MENGENAI LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN
Ada tujuh persoalan mendasar yang berkaitan dengan lingkungan dan
pembangunan. Ketujuh persoalan itu adalah (1) konsep pembangunan yang
berkelanjutan, beserta segenap keterkaitannya dengan masalah-masalah lingkungan
hidup; (2) kependudukan dan sumber daya alam; (3) kemiskinan; (4) pertumbuhan
ekonomi; (5) pembangunan daerah pedesaan; (6) urbanisasi, serta (7)
perekonomian global.
- Pembangunan yang Berkelanjutan dan Perhitungan Nilai Lingkungan Hidup
Untuk memperjelas keseimbangan yang diinginkan antara pertumbuhan ekonomi
dan pelestarian lingkungan hidup, para ahli lingkungan hidup menggunakan
istilah “berkelanjutan” (sustainability) untuk memperjelasnya. Lalu, bagi para
ekonom, istilah “berkelanjutan” akan mengacu pada pertumbuhan ekonomi dan
kualitas kehidupan manusia di masa mendatang. Oleh karena itu, belum lama ini,
para ekonom, terutama para perencana pembangunan memasukan perhitungan
lingkungan ketika merumuskan kebijakan. Sebagai contoh, David Pearce dan Jeremy
Warford memasukan modal lingkungan hidup ke dalam penghitungan NNI* mereka.
Rumusannya adalah :
NNI* = GNI – Dm
– Dn
di mana :
NNI* = pendapatan nasional neto berkesinambungan
Dm = depresiasi aset modal manufaktur
Dn = depresiasi modal lingkungan dalam
satuan moneter (uang)
tahunan.
Di samping ini, masih banyak rumusan-rumusan perhitungan ekonomi yang melibatkan
perhitungan lingkungan. Meski begitu, hal ini tidak cukup untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
yang ada sekarang. Karena yang dibutuhkan adalah tindakan nyata dengan
perhitungan, strategi dan kebijakan yang memadai guna menyeimbangkan antara pertumbuhan
ekonomi dengan pelestarian lingkungan hidup. Sehingga nantinya akan memberikan
pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan hidup yang jauh lebih baik daripada
sekarang di masa mendatang.
- Populasi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup
Secara umum, kerusakan atau degradasi lingkungan yang terjadi saat ini
merupakan implikasi dari kegiatan manusia dalam mengambil sumber daya untuk
memenuhi kebutuhannya. Tetapi tidak hanya itu saja, melesatnya laju pertumbuhan
penduduk, terutama di negara berkembang juga ikut mendorong terjadinya
kerusakan lingkungan. Jika hal ini terus terjadi, tidak hanya kerusakan
lingkungan yang akan terjadi, tetapi juga akan timbul ketidakseimbangan antara
jumlah manusia dengan sumber daya alam dan lingkungan. Pastinya, sumber daya
alam akan menipis seiring bertambahnya jumlah penduduk, dan ini bisa berisiko
bagi generasi manusia yang akan datang. Lalu bagaimana cara mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ada tersebut? Kemajuan teknologi-lah yang dapat
mengatasi hal itu. Meski demikian, teknologi tidak bisa dijadikan sebagai
solusi utama dalam menangani masalah ini, sebab perlu diciptakan teknologi yang
ramah lingkungan, efisien (dapat menghemat sda), serta tidak menimbulkan polusi
yang berlebihan. Selain itu, penurunan jumlah penduduk juga bisa dijadikan
sebagai solusi lain, meski hal ini tidaklah mudah. Mengapa demikian? Karena
dengan melihat fakta bahwa di negara dunia ketiga, laju pertumbuhan penduduk
sangatlah cepat, sehingga menyusutkan sumber daya dengan cepat pula. Dalam
kasus negara berkembang, bertambahnya jumlah penduduk akan berimplikasi pada
kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Sebab para penduduk pasti akan
memanfaatkan sumber daya dan lingkungan meski sumber daya atau lingkungan
tersebut sudah mencapai batasnya (dalam hal ini dipaksakan, sehingga rusak)
guna memenuhi kebutuhannya. Hal ini sangatlah membuat kita sedih dengan melihat
fakta tersebut. Seharusnya manusia mendapatkan “kesejahteraannya” tanpa
mengorbankan “kesejahteraan” dari sumber daya atau lingkungan tersebut.
- Kemiskinan dan Lingkungan Hidup
Selama ini, tingkat kelahiran yang tinggi sering kali disalahkan sebagai
penyebab terjadinya kemiskinan. Pada kasus kali ini, kita akan melihat
bagaimana tingginya angka kemiskinan menyebabkan kerusakan lingkungan. Di
negara dunia ketiga, permasalahan seperti ini merupakan hal yang tidak
terbantahkan. Di negara-negara kawasan Afrika, seperti Kenya, Somalia, dll,
memanfaatkan sumber daya secara tidak teratur. Dalam hal ini, maksudnya adalah
mereka menggunakan sumber daya tanpa memperhatikan kapasitas maksimum yang bisa
di dapat dari sumber daya tersebut. Karena hal itu, sumber daya menjadi
berkurang secara pesat dan lingkungan pun menjadi rusak. Hal ini disebabkan
karena tingginya jumlah penduduk disana, terutama penduduk yang tidak
mendapatkan pekerjaan. Seharusnya hal ini tidaklah terjadi, karena proses
pembangunan yang kita inginkan adalah proses pembangunan yang tidak merusak
lingkungan dan sumber daya. Maka daripada itu, banyak sekali tujuan-tujuan dari
agenda lingkungan hidup internasional (international environment agenda) yang
relevan dengan tujuan dasar pembangunan, salah satunya yaitu menciptakan
pembangunan sembari melestarikan lingkungan.
- Pertumbuhan Ekonomi versus Kelestarian Lingkungan Hidup
Di dunia ini, satu hal yang paling diinginkan oleh manusia, pada umumnya,
dan para ekonom, pada khususnya, saat ini ialah laju pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi yang tinggi tanpa kerusakan lingkungan yang lebih parah. Banyak
cara sudah di lakukan seperti memakai teknologi yang ramah lingkungan pada
proses produksi, menggunakan IPAL (instalasi pengelolaan limbah), dll. Dan ada
pula yang namanya “Green GDP”, yang merupakan proses perhitungan GDP dikurangi
dengan biaya polusi atau kerusakan lingkungan. Sudah banyak cara atau teori
yang diciptakan oleh para ekonom, pada khususnya, seperti hal-hal yang telah
disebutkan tadi. Tetapi, pertanyaannya adalah kenapa kerusakan lingkungan terus bertambah seiring
dengan meningkatnya laju pertumbuhan? Jawabnya ialah karena manusia tidak bisa
mengontrol pola produksi dan konsumsinya. Misalnya, manusia tidak memperdulikan
tipisnya sumber minyak di dunia, dan lebih banyak memakai minyak untuk
digunakan dalam pola produksi dan konsumsinya. Jadi, melihat contoh tersebut,
yang menjadi persoalan ialah tuntutan manusia untuk memenuhi kebutuhan produksi
dan konsumsinya. Tetapi yang pelu diperhatikan juga adalah bagaimana cara
mengubah pola konsumsi dan produksi manusia yang merusak lingkungan, sehingga
generasi mendatang tidak menanggung beban yang berat dari eksternalitas negatif
yang ada pada saat ini.
- Pembangunan Daerah Pedesaan dan Lingkungan Hidup
Tidak hanya perkotaan yang perlu dibangun, tetapi merupakan hal penting
jika suatu negara (baik negara maju atau negara berkembang) mampu membangun
daerah pedesaannya. Sebab melihat fakta yang ada, yaitu pesatnya pertumbuhan
penduduk di berbagai negara, pastilah menimbulkan kenaikan pada kebutuhan
pangan penduduknya. Khusus negara berkembang, karena penduduknya terlalu
banyak, maka dibutuhkan penggunaan, pemanfaatan serta distribusi pada kuantitas
sumber daya di sektor pertanian secara efisien, maksimal dan tidak merusak
lingkungan (lahan, sumber daya,dll). Salah satu caranya ialah dengan melibatkan
kaum wanita sebagai pengelola sumber daya alam di pedesaan sekaligus menjadi
pelaksana utama sektor pertanian, sehingga mereka mutlak diintegrasikan ke
dalam setiap program pelestarian lingkungan hidup. Disamping itu hal ini juga
akan meningkatkan status ekonomi dari kaum wanita. Ada juga cara lain selain
mengikutsertakan kaum wanita, yaitu dengan memperkenalkan kepada para petani metode pertanian yang ramah
lingkungan, penggunaan bibit (dalam hal ini input) yang alami, serta
menggunakan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan juga. Maka, swasembada
pangan pun bisa tercapai tanpa mengorbankan sumber daya dan lingkungan hidup.
- Pembangunan Perkotaan dan Lingkungan Hidup
Di negara berkembang, implikasi dari migrasi desa-kota ialah pesatnya laju
pertumbuhan penduduk yang ada di kota. Lonjakan itu begitu kuat sehingga
kebanyakan pemerintah negara berkembang tidak mampu untuk mengatasi
tekanan-tekanan tersebut. Tekanan yang dimaksudkan disini ialah persoalan khas
seperti keterbatasan air bersih, kurangnya fasilitas sanitasi, atau area hijau
untuk menyerap polusi. Efeknya, persoalan yang tidak bisa diselesaikan tadi
akan berujung pada parahnya kondisi lingkungan perkotaan dimana keadaannya
sudah sangat menyesakkan. Sehingga kondisi-kondisi inilah yang membuat
masyarakat kota lebih mudah terserang wabah penyakit. Kepadatan penduduk yang
ada di kota juga menimbulkan masalah merebaknya perumahan-perumahan liar dan
rusaknya infrastruktur yang nantinya akan berpengaruh kepada investasi di di bidang
properti atau perumahan. Pada akhirnya, hal-hal ini bisa membuat laju
pembangunan di negara berkembang bisa terhambat.
- Lingkungan Hidup Global
Belakangan ini, terungkap bahwa secara kumulatif kerusakan lingkungan hidup
yang terjadi saat ini disebabkan oleh negara maju dibandingkan oleh negara
berkembang. Realitanya pun terlihat dari hasil KTT Bumi (Earth Summit),
Protokol Kyoto atau Protokol Montreal. Hasilnya ialah bahwa negara-negara dunia
pertama atau yang lebih dikenal dengan negara maju harus mengurangi kadar
karbon dan efek rumah kaca yang ada di negaranya, disamping melestarikan
lingkungan hidup. Bagaimana dengan negara berkembang? Meski tidak memberikan
andil sebesar negara maju, negara berkembang juga turut mencemari lingkungan
hidup. Laju pertumbuhan penduduk dan kemiskinan yang tinggi tanpa disertai
kesigapan pemerintah negara berkembang dalam menanggapi hal tersebut, merupakan
indikator utama penyebab terjadinya penggunaan sumber daya yang tidak efisien
dan kerusakan lingkungan hidup di negara-negara dunia ketiga. Memang, guna
mengatasi persoalan yang sedang “booming” ini, sudah banyak cara yang dilakukan
baik itu oleh negara maju maupun negara berkembang. Tetapi, kembali lagi ke
awal bahwa diperlukan tingkat kesadaran yang tinggi baik dari negara-negara
maju maupun negara-negara berkembang untuk meyelaraskan antara pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi dengan pelestarian lingkungan hidup guna mencapai
“kesejahteraan global” baik untuk generasi sekarang maupun mendatang.
Referensi :
- Buku Pembangunan Ekonomi karangan Michael P.Todaro dan Stephen C.Smith edisi kesembilan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar